Peristiwa Mukjizat Isra' Mi'raj Nabi Muhammad dengan Aqidah yang benar. Peristiwa Mukjizat Isra' dan Mi'raj ini diperingati setiap tahunnya di bulan R
Peristiwa Mukjizat Isra' dan Mi'raj ini diperingati setiap tahunnya di bulan Rajab. Namun sekarang ini banyak kisah peristiwa isra' mi'raj ini berbagai macam versi. Oleh karena itu, kami menjelaskan peristiwa Mukjizat Isra' Mi'raj ini dengan benar dengan aqidah yang benar.
Allah ta'ala berfirman:
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِیۤ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَیۡلࣰا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِی بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِیَهُۥ مِنۡ ءَایَـٰتِنَاۤۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡبَصِیرُ
[Surat Al-Isra' 1]
"Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya Dia adalah Maha mendengar lagi maha melihat"(Q.S.al-Isra:1)
Tafsir ayat:
Kata "السَّبْح" dalam bahasa maknanya at-taba'ud artinya jauh. Jadi perkataan سَبِّحِ الله (bertasbihlah kepada Allah ta'ala) maknanya adalah jauhkan dan sucikan Allah Dari hal-hal yang tidak layak bagi-Nya, yaitu menyerupai mahluk dan segala sifatnya.
Adapun makna "سُبْحَانَ اللّٰه" Allah Maha suci dari menyerupai mahluk-Nya dari segi apapun, tidak menyerupai mahluk-Nya dari satu segi ataupun semua segi.
Perjalanan Isra'
Isra' adalah perjalanan di malam hari, Isra' dan mi'raj terjadi pada sebagian waktu dari satu malam.
Makna (بِعَبْدِهِ) adalah hamba-Nya, yaitu Muhammad shallallaahu 'alayhi wasallam.
Diriwayatkan bahwa ketika Nabi Muhammad ﷺ telah sampai pada derajat yang tinggi dan tingkatan yang luhur dalam peristiwa Mi'raj, Allah mewahyukan kepadanya yang maknanya:
"Wahai Muhammad, dengan apa aku memuliakanmu?",
Nabi menjawab: "Dengan penisbatan diriku kepada-Mu dengan sifat penghambaan ('ubudiyyah)",
kemudian turunlah firman-Nya:
سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِیۤ أَسۡرَىٰ بِعَبْدِهِ،
Maknanya: "Penyebutan Rasulullaah dengan dinisbatkan kepada Allah dalam "'abdihi" (hamba-Nya) merupakan puncak pemuliaan terhadap Rasulullaah, mengingat hamba-hamba Allah banyak, mengapa beliau secara khusus disebutkan dalam ayat ini sebagai hamba-Nya?, ini menunjukkan bahwa Rasulullaah dikhususkan dengan kemuliaan yang paling agung.
Kemudian, Kata (لَيْلاً) dibaca nashab sebagai zharaf (keterangan waktu). Jika dikatakan: "Mengapa disertakan penyebutan malam? Maka jawabnya adalah penyebutan ( لَيْلاً) sebagai penguat yang menunjukkan waktu atau masa terjadi peristiwa (fakta, kejadian sebenarnya) Isra' itu yang sangat singkat dan sebentar saja, sebab Nabi mengalami peristiwa tersebut hanya dalam sebagian waktu dari satu malam saja dari Makkah menuju Syam.
Masjid al-Haram dinamakan demikian karena kemulyaannya dan hukum- hukum khusus yang berlaku baginya, di antaranya pelipat gandaan pahala shalat di Masjid al-Haram dengan pahala yang berlian ganda dibandingkan shalat di masjid-masjid lain, letak Masjid al-Haram di makkah yang merupakan tanah suci dan paling mulia serta diharamkan berburu binatang darat di tanah haram.
Masjid al-Aqsha di bangun oleh Nabi Adam 'alayhissalam. Nabi Adam membangun Ka'bah terlebih dahulu, kemudian kemudian empat puluh tahun setelahnya membangun Masjid al-Aqsha. Allah ta'ala menamakan Masjid al-Aqsha dengan masjid, ini menunjukan bahwa bangunan itu di buat seperti halnya seluruh tempat- tempat ibadah kaum muslimin pengikut para nabi, yaitu untuk menyembah Allah Yang Maha Esa dengan melakukan amal ibadah berupa shalat, karena dalam shalat, seorang muslim bersujud kepada Allah.
Firman Allah:
بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُ
Maknanya: bumi Syam adalah bumi yang di berkahi oleh Allah Ta'ala.
Pada sebuah hadits shahih dalam shahih al-Bukhari bahwa Rasulullaah bersabda:
اللّٰهُمَ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَيَمَنِنَا، قَالُوْا: وَفِي نَجْدِنَا يَا رَسُوْلَ اللّٰه؟ قَالَ: هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالفِتَنُ هُنَاكَ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَان.
"Ya Allah, berkahilah bagi kami tanah Syam dan Yaman". Sebagian orang bertanya: "Dan Nejd kami, Ya Rasulullaah?". Rasulullaah menjawab: " Di sana akan terjadi gempa dan fitnah, disana akan muncul gembong fitnah".
Jadi tanah Syam adalah tanah yang diberkahi, termasuk Palestina yang merupakan tempat keberadaan Masjid al-Aqsha adalah bagian dari Syam. Allah ta'ala mengutus para Nabi sebagai rahmat bagi para hamba-Nya, karena akal tidak memiliki hal yang membuat para hamba tidak membutuhkan para nabi, akal tidak bisa dengan sendirinya mengetahui perkara-perkara yang menyelamatkan di akhirat. Termasuk akal juga tidak akan bisa mengetahui siapa Nama Tuhan yang berhak disembah kecuali datangnya dari para nabi.
Allah ta'ala dengan rahmat tersebut telah memberikan anugrah yang besar terhadap para hamba-Nya melalui para Nabi dan Rosul.
Surat Al-Isra' ayat 1 ini menjelaskan bahwa Allah ta'ala menciptakan mukjizat bagi para nabi. Mukjizat adalah kejadian menakjubkan yang diluar kebiasaan, yang muncul dari seorang nabi, sebagai bukti kebenaran pengakuannya sebagai nabi, dan tidak tertandingi oleh hal yang sama.
Catatan:
Mukjizat terjadi hanya untuk para Nabi dan Rasul. Maka tidak boleh dikatakan selain nabi dan rosul punya mukjizat. Dan tidak boleh kata mukjizat ini dijadikan sebagai bahan candaan.
Nabi Muhammad shallallaahu 'alayhi wasallam adalah nabi yang paling agung mukjizat-mukjizatnya. Ibnu Abi Hatim mengutip dalam kitab Manaqib asy-Syafi'i dari ayahnya dari Umar ibn Sawad dari Imam Syafi'i ia berkata:
" ما أَعْطَى اللّٰهُ شَيْئًا مَا أَعْطَى مُحَمَّدًا، فَقُلْتُ أَعْطَى عِسَى إِحْيَاءَ الْمَوْتَى قَالَ: أُعْطِيَ مُحَمَّدٌ حَنِيْنَ الْجِذْعِ حَتَّى سُمِعَ صَوْتُهُ فَهَذَا أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ"
"Allah tidak memberikan kepada seorang nabi-pun seperti yang diberikan kepada Muhammad ﷺ, aku bertanya: Allah memberikan kepada Nabi Isa mukjizat menghidupkan orang mati, Imam Syafi'i menjawab:
"Muhammad ﷺ diberikan mukjizat merintihnya batang pohon kurma hingga terdengar suaranya (oleh banyak orang), ini lebih agung dari mukjizat Nabi Isa tersebut".
Seorang penyair mengatakan:
إِنْ كَانَ مُوْسَى سَقَى الأَسْبَاطَ مِنْ حَجَرٍ
فَإِنَّ فِي الْكَفِّ مَعْنًى لَيْسَ فِي الحَجَرِ
إِنْكَانَ عِسَى بَرَا الأَعْمَى بِدَعْوَتِهِ
فَكَمْ بِرَا حَتِهِ قَدْ رَدَّ مِنْ بَصَرِ
"Jika Nabi Musa memberikan air minum kepada Asbath (Bani Israil) dari batu, maka sesungguhnya pada telapak tangan (Rasulullaah ﷺ) ada keajaiban yang tidak ada dalam batu. Jika orang buta sembuh dengan do'a Nabi Isa, maka (alangkah luar biasa Muhammad ﷺ) dengan telapak tangannya ia telah mengembalikan mata (yang telah keluar dari kelopaknya sahabat)".
Dan di antara mukjizat Nabi Muhammad ﷺ adalah Mukjizat Isra dan Mi'raj. Dan ini tidak ada pada nabi siapapun dan manusia seluruhnya.
Awas:
Kedustaan sebagian orang (walaupun ia bergelar habib) yang mengkisahkan ada seorang wali yang dapat Isra' Mi'raj bahkan tidak hanya sekali dalam semalam. Ini adalah DUSTA BESAR DAN KEKUFURAN. Karena menandingi dan merendahkan Nabi Muhammad ﷺ.
ISRA' adalah Perjalanan Rasulullaah ﷺ dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha. Kebenaran terjadinya mukjizat al-Isra' di tegaskan dalam nash al-Qur'an dan hadits yang shahih maka wajib hukumnya beriman bahwa Allah memperjalankan Nabi ﷺ pada malam hari dari Makkah al-Mukarramah ke Masjid al-Aqsha.
Para ulama dari generasi salaf dan khalaf, dan dari kalangan para ahli Hadits, ulama kalam, ulama Tafsir dan ulama Fiqih telah sepakat bahwa Isra' terjadi dengan jasad dan ruhnya rosulullah ﷺ dalam keadaan terjaga dan bukan hanya sekedar mimpi. Inilah pendapat yang benar, pendapat Ibnu 'Abbas, Jabir, Anas, Umar, Hudzaifah dan para sahabat lainnya. Ini juga pendapat Imam Ahmad dan para imam lainnya, juga pendapat ath-Thabari dan lainnya. Jadi tidak ada perbedaan pendapat tentang Isra' karena memang ditegaskan dalam nash al-Qur'an.
Oleh karenanya para ulama mengatakan:
"Orang yang mengingkari Isra' maka telah mendustakan al-Qur'an, dan orang yang mendustakan al-Qur'an, maka ia telah keluar dari agama Islam".
Tujuan dari Isra' adalah memuliakan Rasulullah ﷺ dan memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan Allah Ta'ala.
firman:
لنريه من ءاياتنا
"Untuk Kami perlihatkan kepadanya (Muhammad) tanda-tanda kebesaran kami."
Di antara keajaiban yang diperlihatkan kepada Rasulullah ﷺ dalam perjalanan Isra' adalah:
- Rasulullah ﷺ melihat sebuah kaum yang menanam di satu hari dan panen di hari berikutnya, ketika mereka memanen, tanaman tersebut kembali lagi seperti semula.
- Jibril: mereka adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah.
- Rasulullah ﷺ melihat sebuah kaum yang dipukul kepalanya dengan batu besar, setiap kali pecah, kepala itu kembali seperti semula.
- Jibril: mereka adalah orang yang berat dalam melaksanakan sholat.
- Rasulullah ﷺ melihat orang-orang yang menyebar seperti binatang-binatang ternak, auratnya tertutup hanya dengan kain-kain kecil.
- Jibril: mereka adalah orang-orang yang enggan (tidak) menunaikan zakat.
- Rasulullah ﷺ melihat orang-orang yang digunting lidahnya dengan gunting yang terbuat dari api.
- Jibril: Mereka adalah para penceramah yang menyebarkan fitnah. Isi ceramahnya justru berisi ajaran-ajaran yang menyimpang dan sesat.
- Rasulullah ﷺ melihat dunia ini menjelma dalam bentuk perempuan tua.
- Jibril: usia dunia yang telah berlalu lebih banyak daripada usia yg tersisa. Maka akhirat semakin dekat, dan hendaklah bersiap-siap menghadapinya.
- Rasulullah ﷺ melihat sesosok makhluq yang menyingkir dari bahu jalan seraya memanggilnya.
- Jibril: Dia adalah iblis. Iblis adalah jin. Pada mulanya iblis adalah seorang muslim kemudian ia menjadi kafir karena melakukan protes terhadap Allah Ta'ala. (Sebagaimana dijelaskan Q.S. Al Kahf: 50)
- Warning:
- Tidak boleh dikatakan bahwa iblis adalah pemimpin malaikat. Iblis bukanlah malaikat dan bukanlah pemimpin malaikat.
- Rasulullah ﷺ mencium bau wangi dari sebuah kuburan.
- Jibril: Kuburan itu adalah kuburan Masyithoh (tukang sisir) putri fir'aun. Masyithoh (tidak disebutkan nama aslinya) adalah muslimah nan sholihah.
- Rasulullah ﷺ melihat sapi jantan yang keluar dari sebuah lubang sempit, kemudian ingin masuk kembali ke lubang tersebut namun tidak bisa.
- Jibril: itu adalah orang-orang yang berbicara dengan perkataan merusak, membahayakan orang dan menimbulkan fitnah. Kemudian ia ingin menariknya kembali tapi tidak bisa.
- Rasulullah ﷺ melihat orang-orang yang memperebutkan daging busuk dan mengabaikan daging segar yang sudah terpotong-potong.
- Jibril: mereka adalah orang-orang yang meninggalkan perkara halal, justru mereka memilih perkara haram dan keji, lalu memakannya. Mereka adalah para pezina.
- Rasulullah ﷺ melihat orang-orang meminum nanah yang keluar dari para pezina.
- Jibril: mereka adalah peminum khamr yang diharamkan Allah di dunia.
- Rasulullah ﷺ melihat orang-orang yang mencakar muka dan dada mereka dengan kuku-kuku dari tembaga.
- Jibril: mereka adalah orang yang menggunjing keburukan-keburukan orang lain.
Catatan:
Ghibah ini ada beberapa hukum. Sedangkan Ghibah yang dibolehkan hanya dalam 6 hal :
- ketika seseorang dizolimi. contoh ia dipukuli, dirampas hartanya, boleh menyebut nama orang yang menzoliminya
- dalam keadaan meminta tolong dari perlakuan buruk oranglain .
- ketika seseorang meminta fatwa kepada ulama .
- ketika seseorang mentahdzir (memperingatkan) akidah buruk seseorang
- Dalam rangka memperkenalkan seseorang .
- Ketika membicarakan keburukkan orang fasiq yang melakukan kefasikan/maksiat secara terang-terangan.
Di antara sebab orang di azab kubur adalah pelaku Ghibah (yang diharamkan) dan namimah.
Ghibah yang diharamkan pun dosanya bisa jatuh dosa kecil, juga bisa jatuh dosa besar. Bagaimana contohnya? Yuk ngaji ke majlis.
Al imam Al Baihaqi meriwayatkan dari Syaddâd bin Aus, ia berkata: Kami bertanya, Wahai Rasülullah bagaimanakah perjalanan Isrâ yang telah engkau lakukan?, Rasúlullâh ﷺ menjawab:
صلّيت لأصحابي صلاة العتمة بمكة معتما, وأتاني جبريل عليه السّلام بدابّة بيضاء فوق الحمار ودون البغل, فقال :
اركب، فاستصعبت عليّ, فدارها بأذنها ثمّ حملني عليها, فانطلقت تهوي بنا يقع حافرها حيث أدرك طرفها حتى بلغنا أرضا ذات نخل فأنزلني فقال : صلّ ,فصليت, ثمّ ركبنا فقال :أتدري أين صليت؟ قلت : اللّه أعلم,
قال : صليت بيثرب, صليت بطيبة, فانطلقت تهوي بنا يقع حافرها حيث أدرك طرفها, ثمّ بلغنا أرضا فقال : انزل ,فنزلت ,ثمّ قال : صلّ ,فصليت ,ثمّ ركبنا فقال : أتدري أين صليت؟ صليت بطورسيناء حيث كلم الله عز وجل موسى عليه السلام ,
ثم انطلقت تهوي بنا يقع حافرها حيث أدرك طرفها,ثمّ بلغنا أرضا بذت لنا قصور, فقال : أنزل فنزلت, فقال صلّ, فصليت ,ثم ركبنا, قال : أتدري أين صليت؟ : الله اعلم ,
قال: صليت ببيت لحم حيث ولد عيس عليه السلام المسيح ابن مريم,
ثم انطلق بي حتى دخلنا المدينة من بابها اليماني, فأتى قبلة المسجد فربط به دابته, ودخلنا المسجد من باب فيه تميل الشمش والقمر, فصليت من المسجد حيث شاء الله (رواه البيهقيّ)
"Aku melakukan shalât malam bersama para sahabatku di Makkah. Jibril mendatangiku dengan binatang putih yang (postur tubuhnya) lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghl (peranakan kuda dan keledai)¹.
Maka Jibrîl berkata:
"Naiklah!" Namun binatang tersebut bergoyang (manja dan kegirangan) saat aku hendak menaikinya², maka Jibrîl memutar binatang tersebut dengan memegang telinganya dan menaikkanku ke atas punggung binatang tersebut, sehingga akhirnya binatang tersebut berangkat membawa kami melangkah sejauh pandangan matanya, hingga kami sampai ke suatu daerah yang penuh dengan pohon kurma, lalu Jibril menurunkanku seraya berkata: Laksanakanlah shalât di tempat ini" Aku pun melaksanakan shalät di tempat tersebut. Kemudian kami naik ke atas Burãq lagi dan Jibril berkata:
"Tahukah engkau di mana engkau tadi melakukan shalât?" Aku menjawab: "Allâh Maha tahu." Jibril berkata: "Engkau tadi melakukan shalât di Yatsrib, di Thaibah (kemudian bernama al Madinah).
Lalu binatang tersebut kembali berangkat membawa kami, kakinya melangkah sejauh pandangan matanya, hingga kami sampai ke suatu daerah.
Jibril pun berkata:
"Turunlah!" Maka aku pun turun, kemudian Jibrîl berkata: "Laksanakanlah shalât di tempat ini" Aku pun melaksanakan shalât, kemudian kami naik lagi dan Jibríl berkata: "Tahukah engkau di mana engkau tadi melakukan shalât? Engkau melakukan shalât di Bukit Thûr Saina; tempat Nabi Musa alaihissalâm mendengar kalâm Allâh yang azali (yang bukan huruf, suara maupun bahasa).
Kemudian binatang tersebut kembali berangkat membawa kami, kakinya melangkah sejauh pandangan matanya, hingga Sampai ke suatu daerah, di sana nampak istana-istana. Maka Jibril berkata:
"Turunlah!" Maka aku pun turun, kemudian Jibril berkata: "Laksanakanlah shalât di tempat ini! Aku pun melaksanakan shalât. Kemudian kami naik lagi dan Jibril berkata: "Tahukah engkau di mana engkau tadi melaksanakan shalât?" aku menjawab: "Allah Maha tahu." Jibrîl berkata: "Engkau tadi melaksanakan shalät di Bait Lahm; tempat dilahirkannya Nabi 'Iså al Masih bin Maryam.
Kemudian Jibril kembali membawaku hingga kami memasuki kota Bait al Maqdis dari pintu al Yamäni. Jibril pun mendatangi arah kiblat masjid al Aqsha dan mengikat binatang tersebut di sana. Dan kami memasuki masjid al Aqshá dari pintu yang terkena cahaya matahari dan bulan, maka aku shalât di salah satu tempat di Masjid tersebut." (H.R. al Baihaqi)
_
1 Burâq adalah salah satu binatang surga yang panjang dan berwarna putih. Ia meletakkan kakinya di ujung jangkauan pandangannya, yakni setiap langkahnya kakinya adalah sejauh pandangan matanya. Burâq telah dinaiki oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad ﷺ, seperti Nabi Ibrahim 'Alaihissalaam.
2 Burâq bergoyang bukan karena menolak dan tidak mau dinaiki oleh Nabi, melainkan karena sangat senang nan gembira bahwa Nabi Muhammad ﷺ akan menaikinya, sehingga ia bergerak-gerak kegirangan. Maka Jibril berkata:
"Apakah kepada Nabi Muhammad ﷺ engkau lakukan ini, sungguh tidak ada seseorang yang menaikimu yang lebih mulia menurut Allah dari Nabi Muhammad ﷺ. Mendengar itu, maka Burâq pun bercucuran keringat.
Dari hadits ini, diketahuilah peristiwa Isra' Nabi ﷺ dengan jelas. Dan Sebelum diperjalankan di malam tersebut dari rumah Ummu Hani di Makkah al Mukarramah dari Masjid al Harâm, dada Nabi dibelah terlebih dahulu tanpa merasakan sakit sedikit pun kemudian dikembalikan lagi seperti semula.
Anas bin Malik berkata: Abů Dzarr pernah bercerita bahwa Rasúlullâh ﷺ bersabda:
فرج سقف بيتي وأنا بمكة فنزل جبريل ففرج صدري ثم غسله من ماء زمزم ثم جاء بطست من ذهب ممتلئ حكمة وإيمانا فأفرغها في صدري ثم أطبقه (رواه مسلم)
"Atap rumahku dibuka, ketika itu Aku di Makah. Jibril turun dan membelah dadaku, lalu membasuhnya dengan air Zamzam. Kemudian ia datang membawa bejana emas vang penuh dengan hikmah dan iman, maka ia menuangkannya di dadaku. Kemudian la menutup dadaku kembali." (H.R. Muslim)
Setelah dikisahkan lah peristiwa sebagaimana hadits pertama tadi. Disini ada pelajaran dan dalil bahwa dari apa yang dilakukan Nabi ﷺ ini dan singgahnya beliau di tempat-tempat yang diberkahi, diambil dalil diperbolehkannya bertabarruk (mengambil berkah) dengan tempat-tempat yang diberkahi dan diperbolehkannya menyengaja pergi menuju tempat-tempat tersebut untuk bertabarruk dengannya. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Rasûlullâh ﷺ.
Pertama-tama, Jibril al Amin pada malam Isra menurunkan Nabi Muhammad ﷺ di al Madinah al Munawwarah (dari kota Madinah inilah islam menyebar ke segala penjuru dunia). Jibril memerintahkannya untuk melaksanakan shalât di sana (ketika shalat pada malam isra' disini, Nabi belum melakukan Hijrah).
Kemudian yang kedua Jibril menurunkan Nabi ﷺ di Bukit Thúr Saina, tempat Nabi Músá 'Alaihissalaam yang mendengar kalâm Allah azali abadi (Kalam Allah bukan huruf, bukan suara maupun bahasa) sebagaimana disebutkan dalam al Qur'ân.
Kemudian yang ketiga, Jibril menurunkannya lagi di tempat dilahirkannya Nabi Isá bin Maryam 'Alaihissalaam.
Setelah itu sampailah pada Bayt al Maqdis, Masjid Al Aqsha. Pada saat itu, Allâh Ta'ala telah mengumpulkan para nabi seluruhnya di Masjid Al Aqsha untuk Nabi Muhammad ﷺ, mulai dari Nabi Adam hingga para nabi sesudahnya. Nabi Muhammad ﷺ pun melakukan shalât dengan mereka dan bertindak sebagai Imam.
Ini adalah dalil bahwa para nabi memiliki tasharruf (bisa melakukan tindakan) dengan izin Allah setelah mereka meninggal. Para Nabi bisa memberikan manfaat terhadap orang yang Allâh kehendaki, karena para nabi dikhususkan oleh Allâh dengan keistimewaan-keistimewaan yang tidak diberikan kepada manusia biasa selain mereka.
Al Bazzâr, al Bayhaqi dan lainnya meriwayatkan bahwa Rasûlullâh ﷺ bersabda:
الأنبياء أحياء في قبورهو يصلون
"Para nabi hidup di kuburan mereka dan menunaikan shalât."
Rasülullah ﷺ bersabda dalam hadits Isrâ dan Mi'râj:
ثم دخلت بيت المقدس فجمع لي الأنبياء عليهم السلام فقدّمني جبريل حتى أممتهم ثم صعد بي إلى السماء ( رواه النسائيّ)
"kemudian aku memasuki Bait al Maqdis, maka dikumpulkanlah untukku para nabi عليهم السلام maka jibril memintaku maju ke depan untuk mengimami mereka, lalu aku dibawa naik ke langit. (H.R. an-Nasâ'i).
Perjalanan Mi'râj
Sumber kitab |
Mi'raj adalah Perjalanan Rasûlullâh dari Masjid al Aqshâà hingga ke atas Langit Ketujuh.
Kebenaran peristiwa Mi'râj juga telah ditegaskan dalam nash hadits-hadits yang shahih. Sedangkan dalam al Qur'ân tidak terdapat ayat yang sharíh (tegas) menerangkan tentang Mi'râj, akan tetapi diambil dari beberapa ayat yang mendekati nash yang sharih (tegas) tentang kejadian Mi'râj.
Allâh سبحانه وتعالى berfirman:
وَلَقَدۡ رَءَاهُ نَزۡلَةً أُخۡرَىٰ عِندَ سِدۡرَةِ ٱلۡمُنتَهَىٰ عِندَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ
"Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidrat al-Muntahâ, di dekatnya terdapat Surga". (Q.S. an-Najm: 13-15)
Pada Firman Allâh:
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ
mungkin saja yang dimaksud adalah melihat dalam mimpi, kita jawab: Itu adalah takwil. Sementara takwil terhadap nash, yakni memaknai nash tidak secara zháhir-nya tidak diperbolehkan tanpa ada dalil 'aqli yang qathi' (pasti) atau dalil naqli yang tsábit (shahih). Hal ini seperti ditegaskan oleh ar-Râzi dalam al-Mahshül. Dan dalam masalah ini tidak ada dalil seperti itu.
Setelah terjadinya Isra' bagi Rasûlullah ﷺ ke Masjid al Aqshâ dan beberapa peristiwa yang telah disebutkan dalam pembahasan tentang Isra, didirikanlah Mi'râj bagi Rasûlullâh ﷺ.
Mi'raj merupakan alat untuk naik ke langit ke tujuh menyerupai tangga di antara langit dan bumi, satu anak tangga dari perak dan satu anak tangga lagi dari emas. Nabi ﷺ kemudian menaikinya dan jarak pun dilipat (dipangkas) baginya hingga sampai ke langit pertama.
Catatan:
- Isra' dan Mi'raj adalah salah satu mu'jizat terbesar nabi Muhammad ﷺ yang tidak diberikan pada nabi-nabi sebelumnya.
- Wajib bagi setiap muslim mengimani adanya Isra' dan Mi'raj.
- Orang yang mengingkari Isra' jatuh pada kekufuran. Karena peristiwa Isra' telah dijelaskan secara sharih dalam Al Qur'an.
- Sedangkan Mi'raj dasarnya adalah Nash hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhori dalam Shahih al Bukhari Kitab as Sholah.
- Dalam al Qur'an tidak ada Nash yang shorih yang menjelaskan tentang peristiwa Mi'raj. Namun ada yang yang mendekati shorih yang menjelaskannya, yaitu Surat An-Najm 13 - 14.
- Sehingga orang yang mengingkari Mi'raj hukumnya dirinci, sebagai berikut:
- Jika dia memahami bahwa Sidrotul Muntaha itu ada di atas langit dan Nabi Muhammad berada di sana dalam keadaan sadar (tidak tidur), meskipun demikian dia tetap mengingkarinya maka dia jatuh pada kufur.
- Jika dia tidak mengetahui dan tidak memahami bahwa peristiwa Mi'raj ada dalam Al Qur'an dan dia juga tidak mengetahui bahwa Aqidah umat Islam meyakini adanya Mi'raj maka dia tidak jatuh pada kufur.
Dalam hadits tentang Isra' dan Mi'râj, Rasúlullâh ﷺ menyatakan:
ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ. فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ: مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ: جِبْرِيلُ. قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا. فَإِذَا أَنَا بِآدَمَ، فَرَحَّبَ بِي وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ. ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ. فَقِيلَ: مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ: جِبْرِيلُ. قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا. فَإِذَا أَنَا بِابْنَي الْخَالَةِ: عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، وَيَحْيَى بْنِ زَكَرِيَّاءَ صَلَوَاتُ اللّهِ عَلَيْهِمَا، فَرَحَّبَا، وَدَعَوَا لِي بِخَيْرٍ. ثُمَّ عَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ. فَقِيلَ: مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ: جِبْرِيلُ. قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا، فَإِذَا أَنَا بِيُوسُفَ، وَقَدْ أُعْطِيَ شَطْرَ الْحُسْنِ، فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ. ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الرَّابِعَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ. قِيلَ: مَنْ هٰذَا قَالَ: جِبْرِيلُ. قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. قَالَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِدْرِيسَ، فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ. قَالَ الله عَزَّ وَجَلَّ: ﴿ وَرَفَعْنَاهُ مَكَانا عَلِيّا ﴾ [مريم آية: 57] ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الْخَامِسَةِ، فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ. قِيلَ: مَنْ هٰذَا؟ قَالَ: جِبْرِيلُ. قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا، فَإِذَا أَنَا بِهارُونَ، فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ. ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةَ. فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ. قِيلَ: مَنْ هٰذَا؟ قَالَ: جِبْرِيلُ. قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا، فَإِذَا أَنَا بِمُوسَى، فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ. ثُمَّ عَرَجَ إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ. فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ. فَقِيلَ: مَنْ هٰذَا؟ قَالَ: جِبْرِيلُ. قِيلَ: وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ. قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ. فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِبْرَاهِيمَ، مُسْنِدا ظَهْرَهُ إِلَى الْبَيْتِ الْمَعْمُورِ. وَإِذَا هُوَ يَدْخُلُهُ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ ملك لاَ يَعُودُونَ إِلَيْهِ. ثُمَّ ذَهَبَ بِي إِلَى سِّدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ وَإِذَا وَرَقُهَا كَآذَانِ الْفِيَلَةِ. وَإِذَا ثَمَرُهَا كَالْقِلاَلِ. قَالَ، فَلَمَّا غَشِيَهَا مِنْ أَمْرِ الله مَا غَشِيَ تَغَيَّرَتْ. فَمَا أَحَدٌ مِنْ خَلْقِ الله يَسْتَطِيعُ أَنْ يَنْعَتَهَا مِنْ حُسْنِهَا. فَأَوْحَى الله إِلَيَّ مَا أَوْحَىٰ. فَفَرَضَ عَلَيَّ خَمْسِينَ صَلاَةً فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ. فَنَزَلْتُ إِلَى مُوسَى. فَقَالَ: مَا فَرَضَ رَبُّكَ عَلَىٰ أُمَّتِكَ؟ قُلْتُ: خَمْسِينَ صَلاَةً. قَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ. فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ. فَإِنَّ أُمَّتَكَ لاَ يُطِيقُونَ ذٰلِكَ. فَإِنِّي قَدْ بَلَوْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَخَبَرْتُهُمْ. قَالَ، فَرَجَعْتُ إِلَى رَبِّي فَقُلْتُ: يَا رَبِّ خَفِّفْ عَلَى أُمَّتِي. فَحَطَّ عَنِّي خَمْسا. فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَىٰ فَقُلْتُ: حَطَّ عَنِّي خَمْسا. قَالَ: إِنَّ أُمَّتَكَ لاَ يُطِيقُونَ ذٰلِكَ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ. قَالَ، فَلَمْ أَزَلْ أَرْجِعُ بَيْنَ رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَبَيْنَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ حَتَّى قَالَ: يَا مُحَمَّدُ! إِنَّهُنَّ خَمْسُ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ. لِكُلِّ صَلاَةٍ عَشْرٌ. فَذٰلِكَ خَمْسُونَ صَلاَةً. وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً. فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرا. وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ شَيْئا. فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ سَيِّئَةً وَاحِدَةً. قَالَ: فَنَزَلْتُ حَتَّى انْتَهَيْتُ إِلَى مُوسَىٰ فَأَخْبَرْتُهُ. فَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ. فَقَالَ رَسُولُ اللّهِ فَقُلْتُ: قَدْ رَجَعْتُ إِلَى رَبِّي حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ مِنْهُ".(رواه مسلم)
"Kemudian Jibrîl membawaku naik ke langit, lalu ia meminta dibukakan pintu langit. Jibril ditanya,
"Siapakah Anda?"
Jibril menjawab, "Jibrīl".
Ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?" Jibril menjawab, "Muhammad ﷺ".
Ditanya lagi, "Apakah sudah saatnya Muhammad ﷺ dimi'rájkan?"
Jibríl menjawab, "Ya, sudah saatnya dimi'rájkan".
Lalu pintu langit pun dibuka untuk kami, ternyata sudah ada Nabi Adam Alaihissalam. Ia pun menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian Jibríil bersamaku naik ke langit kedua, lalu ia meminta dibukakan pintu langit. Jibril ditanya,
"Siapakah Anda?"
Jibril menjawab, "Jibrîl".
Ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?"
Jibril menjawab, "Muhammad ﷺ".
Ditanya lagi, "Apakah sudah saatnya Muhammad ﷺ dimi'rájkan?"
Jibríîl menjawab, "Ya, sudah
saatnya dimi'râjkan".
Lalu pintu langit pun dibuka untuk kami, ternyata sudah ada dua nabi bersaudara-sepupu yaitu Isâ bin Maryam dan Yahyà bin Zakariyyå shalawâtulláh 'alaihimá. Mereka berdua menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian Jibril bersamaku naik ke langit ketiga, lalu ia meminta dibukakan pintu langit. Jibril ditanya,
"Siapakah Anda?"
Jibril menjawab, "Jibríil".
Ditanya lagi "Siapa yang bersamamu?"
Jibril menjawab, "Muhammad ﷺ".
Ditanya lagi, "Apakah sudah saatnya Muhammad ﷺ dimi'râjkan?"
Jibril menjawab, "Ya, sudah saatnya dimi'râjkan".
Lalu pintu langit pun dibuka untuk kami, ternyata sudah ada Nabi Yûsuf Alaihissalaam, yang dikaruniai separuh ketampanan (yakni separuh ketampanan yang dibagi diantara manusia ada pada diri Nabi Yûsuf, sedangkan Nabi Muhammad ﷺ maka diberikan ketampanan seluruhnya). la pun menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Kemudian Jibril bersamaku naik ke langit keempat, lalu ia meminta dibukakan pintu langit. Jibril ditanya,
"Siapakah Anda?"
Jibríil menjawab, "Jibril".
Ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?"
Jibril menjawab, "Muhammad ﷺ."
Ditanya lagi, "Apakah sudah saatnya Muhammad ﷺ dimi'râjkan?"
Jibril menjawab, "Ya, sudah saatnya dimi'râjkan".
Lalu pintu langit pun dibuka untuk kami, ternyata sudah ada Nabi ldris. la pun menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
ورفعناه مكانا عليّا
"Dan Aku mengangkatnya ke derajat yang tinggi." (Q.S. Maryam: 57)
Kemudian Jibril bersamaku naik ke langit kelima, lalu ia meminta dibukakan pintu langit. Jibríil ditanya,
"Siapakah Anda?"
Jibril menjawab, "Jibril".
Ditanya lagi, "Siapa yang bersamamu?"
Jibril menjawab, "Muhammad ﷺ".
Ditanya lagi, "Apakah sudah saatnya Muhammad ﷺ dimirâjkan?"
Jibril menjawab, "Ya. sudah saatnya dimi'rájkan".
Lalu pintu langit pun dibuka untuk kami, ternyata sudah ada Nabi Hârún 'Alaihissalaam. la pun menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku, Kemudian Jibril bersamaku naik ke langit keenam, lalu ia meminta dibukakan pintu langit. Jibrīl ditanya,
"Siapakah Anda?"
Jibril menjawab, "Jibríl".
Ditanya lagi. "Siapa yang bersamamu?"
Jibril menjawab: "Muhammad ﷺ".
Ditanya lagi, "Apakah sudah saatnya Muhammad ﷺ dimi'rājkan?"
Jibríl menjawab, "Ya, sudah saatnya dimi'râjkan".
Lalu pintu langit pun dibuka untuk kami, ternyata di hadapanku sudah ada Nabi Mûsâ Alaihissalaam. la pun menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian Jibril bersamaku naik ke langit ketujuh, lalu ia meminta dibukakan pintu langit. Jibril ditanya,
"Siapakah Anda?"
Jibril menjawab, "Jibrîl".
Ditanya lagi. "Siapa yang bersamamu?"
Jibril menjawab, "Muhammad ﷺ".
Ditanya lagi. "Apakah sudah saatnya Muhammad ﷺ dimi'râjkan?"
Jibril menjawab, "Ya, sudah saatnya dimi'râjkan".
Lalu pintu langit pun dibuka untuk kami, ternyata sudah ada Nabi lbråhîm 'Alaihissalaam yang menyandarkan punggungnya ke al Bait al Ma'mur. Al Bait al Ma'mûr setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat lalu pergi dan tidak akan kembali lagi.
Kemudian Jibril membawaku ke Sidrat al Muntahâ, ternyata daun-daunnya lebar seperti telinga gajah, seperti qullah (gentong). Rasúlullâh ﷺ melanjutkan, di sekelilingnya beterbangan buah-buahnya besar sekawanan kupu-kupu dari emas, sehingga ia berubah menjadi semakin indah dan menawan, tidak seorang
pun di antara makhluk Allāh yang mampu menyifatinya karena sangat indahnya.
Kemudian Allâh mewahyukan kepadaku beberapa hal. Allah wajibkan kepadaku 50 kali shalât dalam sehari semalam. Lalu aku turun menemui Nabi Músâ dan ia bertanya,
"Apa yang Allâh wajibkan kepada ummatmu?"
Aku menjawab, "50 kali shalât dalam sehari semalam".
Músâ berkata, "Kembalilah ke tempat di mana kamu menerima wahyu dan berdoalah meminta keringanan kepada Allâh, karena ummatmu tidak kuat melakukannya. Aku telah memiliki pengalaman dengan Bani Israil tentang ini".
Rasúlullâh berkata, maka aku pun kembali ke tempat dimana aku menerima wahyu dan aku berdoa,
"Ya Allāh berilah keringanan untuk ummatku".
Maka Allah kurangi untukku lima kali shalât, lalu aku kembali kepada Nabi Müsâ dan aku berkata,
"Allah meringankan untukku lima kali shalât".
Mûsâ berkata, "Ummatmu tidak kuat melakukan itu. Kembalilah ke tempat kamu menerima wahyu dan mintalah keringanan".
Rasûlullah bersabda, maka aku pergi dan kembali antara tempatku menerima wahyu dan tempat Müsa beberapa kali, hingga akhirnya ditegaskan,
"Wahai Muhammad, kewajibannya adalah lima kali shalât sehari semalam. Pahala masing-masing shalāt adalah sepuluh kali lipat. Jadi jumlah pahalanya sebanding dengan 50 kali shalât. Barangsiapa berkeinginan melakukan suatu kebaikan lalu tidak mengerjakannya, maka dihitung satu kebaikan. Jika dia mengerjakannya, maka dihitung sepuluh kebaikan. Barangsiapa berkeinginan melakukan keburukan dan tidak mengerjakannya, maka tidak akan dicatat sebagai keburukan. Jika dia mengerjakannya, maka dihitung satu keburukan".
Rasúlullâh ﷺ melanjutkan, lalu aku turun kepada Nabi Müsa dan aku memberitahukan hal ini kepadanya. Maka ia berkata,
"Kembalilah ke tempat di mana engkau menerima wahyu dan mintalah keringanan".
Rasûlullâh berkata, maka aku menjawab,
"Aku sudah berkali-kali memohon kepada Allâh hingga merasa malu kepada-Nya". (H.R. Muslim)
Dalam hadits tersebut, terdapat dalil bagi Ahlul Haqq, yakni Ahlussunnah Wal Jmaa'ah, baik kalangan Asyâ'irah dan al Mäturidiyyah bahwa nabi dan wali memiliki tasharruf (bisa melakukan tindakan) setelah meninggal dan bisa memberi manfaat dengan izin Allah.
Bukankah Nabi Mūsä memberikan manfaat yang agung terhadap ummat Muhammad ﷺ dengan apa yang terjadi pada malam Mi'râj, di mana Nabi Mûsâ menyarankan Rasûlullâh ﷺ agar meminta kepada Allâh untuk meringankan jumlah raka'at shalât.
Ini adalah Dalil dan juga bantahan terhadap golongan Wahhâbi, golongan Musyabbihah (golongan yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) masa kini yang menafikan manfaat dari orang yang telah meninggal dan bahkan menganggap orang yang bertawassul dengan para nabi dan para wali sebagai orang musyrik, Na'údzu billâh.
Bagaimana mereka mengatakan hal itu, padahal Rasûlullâh ﷺ telah bersabda:
حياتي خير لكم تحدثون ويحدث لكم، ووفاتي خير لكم تعرض عليّ أعمالكم، فما وجدت من خير حمدت الله وما وجدت غير ذلك استغفرت لكم (رواه البزار في مسنده)
"Hidupku adalah kebaikan bagi kalian, (ketika aku hidup) kalian melakukan banyak hal lalu dijelaskan hukumnya bagi kalian melalui aku. Wafatku juga kebaikan bagi kalian, diberitahukan kepadaku amal perbuatan kalian (secara global, bukan secara terperinci). Jika aku melihat amal kalian baik, aku memuji Allâh. Dan jika aku melihat ada amal kalian yang buruk, aku memohonkan ampun untuk kalian kepada Allâh." (H.R. al Bazzâr dalam Musnad-nya)
Hadits ini adalah dalil bahwa Nabi Muhammad ﷺ memberikan manfaat di masa hidupnya dan juga sepeninggalnya. Karena setelah meninggal Nabi ﷺ memohonkan ampun kepada Allâh bagi umatnya, jika mendapati keburukan yang mereka lakukan.
Tujuan Mi'raj
Tujuan dari Mi'râj adalah memuliakan Rasûlullâh ﷺ dengan memperlihatkan kepadanya keajaiban-keajaiban alam atas dan mengagungkan kedudukan dan derajatnya. Allâh سبحانه وتعالى berfirman:
لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايٰتِنَآ (سورة الإسراء:١)
Maknanya: "Agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Kami." (Q.S. al lsrâ': 1)
Allah سبحانه وتعالى juga berfirman:
لَقَدْ رَأَى مِنْ ءَايٰتِ رَبِّهِ الْكُبْرَىٓ (سورة النجم : ١٨)
Maknanya: "Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat tanda-tanda yang agung akan (kekuasaan) Tuhannya." (Q.S. an-Najm: 18)
Dua ayat tersebut di dalamnya terdapat penjelasan tentang tujuan dinaikkannya (di-mi'râj-kan-nya) Rasûlullah ﷺ. Jadi, Mi'raj Rasûlullâh ﷺ bukanlah untuk berjumpa/bertemu dengan Allâh di suatu tempat. Karena berjumpa di suatu tempat adalah termasuk sifat benda. Sedangkan Allah Ta'ala Yang Maha Pencipta adalah pencipta benda, dan Allah bukanlah benda, Allah Mahasuci dari berupa benda.
Faedah:
Dalam kesempatan ini perlu kita tegaskan bahwa Allâh Ta'ala adalah pencipta tujuh langit dan pencipta semua tempat, dan bahwa Allâh ada sebelum menciptakan semua tempat tanpa tempat-tempat ini semuanya.
Jadi tidak boleh diyakini bahwa Allâh Ta'ala ada di suatu tempat, di semua tempat, ada di langit dengan dzat-Nya, bertempat di atas 'Arsy, bertempat di angkasa, dekat dengan kita atau jauh dari kita dengan jarak. Orang yang menisbatkan tempat atau arah kepada Allah, maka ia dihukumi telah keluar dari agama Islâm.
Sedangkan, cara untuk masuk Islam kembali adalah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat:
أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أنّ محمدا رسول الله
disertai meyakini keyakinan yang benar, bahwa Allah ada tanpa tempat dan tidak menyerupai sesuatu pun diantara makhluk-Nya.
Maka wajib diwaspadai buku yang berjudul kitab al Mi'raj yang dinisbatkan secara dusta kepada sahabat Abdullâh ibnu 'Abbâs.
Keajaiban-Keajaiban yang Dilihat Rasûlullâh ﷺ dalam Mi'râj
1. Malaikat Mälik, Penjaga Neraka
Di antara keajaiban yang dilihat oleh Nabi ﷺ pada malam tersebut adalah Malaikat Mälik; penjaga neraka. Mâlik tidak tersenyum kepada Rasûlullâh ﷺ, maka Rasûlullâh ﷺ bertanya kepada Jibril kenapa Rasûlullàh ﷺ tidak melihat Mâlik tersenyum kepadanya
seperti yang lain?
Jibril menjawab, "Mâlik belum pernah tersenyum sejak diciptakan oleh Allâh. Seandainya Málik tersenyum kepada seseorang, niscaya ia tersenyum kepadamu."
2. Al Bait al Ma'mûr
Di langit ketujuh, Rasúlullâh ﷺ melihat al Bait al Ma'múr; rumah yang dimuliakan. Bagi para malaikat penduduk langit, al Bait al Ma'múr seperti halnya Ka'bah bagi penduduk bumi. Setiap hari, al Bait al
Ma'můr dimasuki tujuh puluh ribu malaikat yang melakukan shalät di sana, kemudian mereka keluar dan tidak pernah kembali lagi selamanya.
Para malaikat adalah jism yang diciptakan dari cahaya, memiliki beberapa sayap, mereka bukan laki-laki dan bukan perempuan, tidak makan, tidak minum, tidak menikah dan tidak pernah mendurhakai perintah Allâh, alias tidak pernah bermaksiat.
Mereka senantiasa melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allâh kepada mereka. Jumlah para malaikat tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allâh.
3. Sidrat al Muntahâ
Sidrat al Muntahâ adalah pohon besar yang sangat indah, sehingga tidak ada seorang pun makhluk yang mampu menyifatinya (menjelaskan keindahannya secara detail). Dikerumuni kupu-kupu dari emas. Akarnya di langit keenam dan menjulang tinggi hingga ke langit ketujuh, bahkan ke atasnya lagi.
4.Surga
Surga merupakan tempat penuh keselamatan nikmat-nikmat yang abadi. Surga sekarang sudah ada. Terletak di atas langit ketujuh, terpisah darinya.
Di Surga terdapat nikmat-nikmat khusus yang Allâh sediakan khusus bagi orang-orang muslim yang bertakwâ, yaitu nikmat-nikmat yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas di benak manusia.
Juga ada nikmat-nikmat umum yang diberikan kepada mereka yang tidak bertakwa dan yang bertakwa, nikmat yang sama-sama dirasakan oleh semua penduduk surga.
Rasûlullâh ﷺ telah memberitahukan kepada kita tentang keadaan para penduduk surga setelah memasuki surga, beliau bersabda:
ينادي مناد إنّ لكم أن تصحّوا فلا تسقموا أبدا، وإنّ لكم أن تحيوا فلا تموتوا أبدا، وإنّ لكم أن تشبّوا فلا تهرموا أبدا، وإنّ لكم أن تنعموا فلا تبأسوا أبظا. فذلك قوله عزّ وجلّ: ونودوا أن تلكم الجنّة أورثتموها بما كنتم تعملون ( سورة الأعرف : ٤٣)، (رواه مسلم)
Maknanya: "Seorang malaikat berseru (kepada penduduk surga): Kalian akan selalu sehat sehingga tidak akan sakit selamanya, kalian akan selalu hidup sehingga tidak akan mati selamanya, kalian akan selalu muda sehingga tidak akan tua selamanya, kalian akan selalu dalam kenikmatan dan kesenangan sehingga tidak akan sengsara selamanya. Inilah yang disinggung oleh firman Allah yang maknanya: "Diserukan kepada mereka, "Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu, karena apa yang telah kamu kerjakan (QS. al A'raf: 43)." (H.R. Muslim)
Rasúlullâh ﷺ di surga juga melihat para bidadari. Lalu Jibril memintanya mengucapkan salam kepada mereka, maka mereka menjawab,
"Kami adalah wanita-wanita cantik, istri-istri para suami yang mulia. "Rasûlullâh ﷺ juga melihat al Wildân al Mukhalladûn. Mereka adalah salah satu jenis makhluk Allâh yang bukan dari bangsa manusia, malaikat maupun jin. Allâh menciptakan mereka tanpa ayah dan ibu. Mereka bagaikan permata yang bertaburan, diciptakan oleh Allâh untuk melayani penduduk surga. Seorang penduduk surga paling sedikit dilayani oleh sepuluh ribu dari mereka. Salah satu tangan masing-masing dari mereka memegang piring dari emas dan tangan lainnya memegang piring dari perak.
5. 'Arsy
Kemudian Rasûlullâh ﷺ melihat Arsy yang merupakan makhluk Allâh yang paling besar ukurannya. Di sekeliling 'Arsy terdapat para malaikat yang sangat banyak dan tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah.
'Arsy memiliki tiang-tiang seperti tiang ranjang, yang dipikul oleh empat malaikat yang sangat besar bentuknya. Dan pada hari kiamat dipikul oleh delapan malaikat. Rasülullâh ﷺ telah menggambarkan salah satu dari para malaikat pemikul 'Arsy ini, bahwa jarak antara cuping telinga dan pundaknya adalah jarak perjalanan 700 tahun dengan kecepatan terbangnya burung yang terbang cepat.
Kursi dibandingkan dengan 'Arsy seperti halnya cincin di padang pasir yang luas. Rasúlullâh ﷺ bersabda:
مالسمٰوات السبع في جنب الكرسيّ إلّا كحلقة في أرض فلاة، وفضل العرش على الكرسيّ كفضل الفلاة على الحلقة
Maknanya: "Tujuh langit (dan tujuh bumi) dibandingkan dengan Kursi bagaikan cincin di padang pasir yang luas. Dan perbandingan 'Arsy atas Kursi seperti perbandingan padang pasir tersebut dengan cincin."
Arsy adalah makhluk pertama setelah air, Jadi Air adalah makhluq yang pertama kali diciptakan, dan air ini tidak seperti yang kita lihat sekarang. kemudian 'Arsy dan disusul al Qalam al Alä, lalu al-Lauh al Mahfüzh. Kemudian setelah al Qalam al A'lâ menulis di al-Lauh al Mahfüzh segala hal yang akan terjadi hingga hari kiamat, berselang 50 ribu tahun kemudian, Allah menciptakan langit dan bumi.
Jadi tidak boleh dikatakan bahwa makhluk yang pertama kali diciptakan Allah adalah nur Muhammad, Sedangkan hadits:
أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللًٰهُ نُورُ نَبِيِّكَ يَا جَابِرُ
"Makhluk pertama yang diciptakan Alláh adalah nur Nabimu, wahai Jábir."
adalah hadits palsu (maudlü) dan kebohongan yang menyalahi al Qur'ân, hadits yang shahíh dan ijmâa Dalam hadits ini juga terdapat kerancuan makna (rakakah), padahal kerancuan makna adalah salah satu indikator bahwa hadits tersebut adalah hadits maudlü', seperti yang dijelaskan oleh para ulama hadits. Imam Ali radliyalláhu 'anhu berkata:
إنّ الله خلق العرش إظهارا لقدرته ولم يتخذه مكانا لذاته
"Sesungguhnya Allah menciptakan 'Arsy untuk menampakkan kekuasaan-Nya, bukan untuk menjadikannya tempat bagi Dzat-Nya." (diriwayatkan oleh Abû Manshůr al Baghdâdi dalam kitab al Farq baina al Firaq).
Jadi, orang yang meyakini bahwa Allâh duduk di atas 'Arsy telah keluar dari lslam, karena Allâh Azza wa jalla tidak menyerupai sesuatu pun di antara makhluk-Nya, juga karena AIlâh ada tanpa tempat. Oleh karenanya, alangkah keji kebohongan golongan Wahhabi yang mengatakan, "Allâh duduk di atas 'Arsy" kemudian mereka mengatakan, "tetapi tidak seperti duduknya kita (makhluk)." Di manakah akal mereka?. Bagaimana mungkin Allâh duduk di atas sesuatu yang la ciptakan?. Duduk bagaimana pun posisinya adalah salah satu sifat makhluk, karena perbuatan duduk menunjukkan adanya benda yang duduk dan tempat yang diduduki. Bagaimana mungkin pencipta membutuhkan kepada salah satu ciptaannya?.
Kemudian, benda yang duduk memiliki dua paruh badan; separuh atas dan separuh bawah. Ini adalah sifat ketersusunan, dan setiap yang tersusun adalah makhluk. Jadi, kesimpulannya, mustahil sifať duduk bagi Allâh, bagaimana pun posisi duduknya.
6. Sampainya Rasûlulláh ﷺ ke Sebuah Tempat yang Tinggi Sehingga la Mendengar Suara Pena Para Malaikat.
Setelah dari Sidrat al Muntahâ, Rasûlullâh ﷺ meneruskan perjalanan tanpa ditemani Jibrîl, naik hingga sampai ke tempat yang tinggi. Di sana, Rasúlullah ﷺ mendengar suara pena yang digunakan oleh para Malaikat untuk menyalin dari al-Lauh al Mahfüzh ke lembaran-lembaran catatan mereka.
Sedangkan cerita yang disebutkan oleh sebagian orang bahwa Rasûlullâh dan Jibríl sampai ke Suatu tempat, lalu Jibril berkata, "Teruskan perjalanan sendiri tanpa kutemani. Karena jika aku meneruskan niscaya aku akan terbakar. Dan jika engkau meneruskan sendiri maka engkau akan sampai", cerita yang ini dan semacamnya adalah kebohongan dan bâthil.
7. Rasülullah ﷺ Mendengar Kalâm Allâh yang Dzati, Azali dan abadi.
Sudah umum diketahui di kalangan Ahlussunnah Wal Jama'ah bahwa Kalâm Allâh yang merupakan sifat Dzat-Nya adalah qadim dan azali, ada tanpa permulaan. Tidak seperti kalâm (pembicaraan) kita yang bermula kemudian berakhir. Kalâm Allâh azali, bukan suara, bukan huruf dan bukan bahasa. Karena bahasa, huruf dan suara adalah makhluk. Mustahil Allâh bersifat dengan Sitat yang diciptakan. Oleh karenanya, kita meyakini bahwa Nabi kita Muhammad mendengar Kalâm Alläh yang merupakan sifat Dzat-Nya yang azali tanpa suara, tanpa huruf dan bukan menempati telinga saat didengar.
Pada malam yang penuh berkah tersebut, Allah membuka dari Rasülullah ﷺ - makhluk-Nya yang paling mulia - hijáb yang menghalangi untuk mendengar Kalâm Allâh yang azali dan abadi yang tidak seperti kalam makhluk. Rasülullah ﷺ memahami dari Kalâm tersebut perintah-perintah Allâh kepadanya, juga beberapa perkara yang diwahyukan kepadanya.
Dengan kuasa-Nya, Allâh memperdengarkan Kalâm-Nya kepada Rasûlullâh ﷺ di tempat yang tinggi yaitu di atas Sidrat al Muntahâ. Karena tempat tersebut adalah tempat ibadah para Malaikat kepada Allah dan tempat yang belum pernah seorang pun berbuat maksiat di sana. Bukan karena tempat itu adalah tempat Allah berada, sebagaimana disebutkan dalam sebagian buku yang menyimpang, karena Alläh ada tanpa tempat.
Apa yang Dipahami oleh Rasûlullâh ﷺ dari Kalam Allâh Ad-Dzati
Rasûlullâh ﷺ memahami dari Kalâm Allâh adz-Dzati kewajiban shalât lima waktu.
Rasûlullâh ﷺ juga memahami bahwa akan diampuni dosa-dosa besar bagi orang yang dikehendaki oleh Allâh di antara ummat Nabi Muhammad ﷺ.
Sedangkan, orang kafir tidak akan diampuni dosanya meskipun bergaul secara baik dengan orang lain. Allâh tidak akan merahmatinya setelah mati dan tidak akan memasukkannya ke surga selama-lamanya. Hal ini berlaku bagi siapapun jika ia mati dalam keadaan kafir.
Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
"Sesungguhnya Allâh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dosa syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya" (Q.S. An-Nisa': 48)
Rosûlullâh ﷺ juga memahami dari Kalam Allah yang azali dan abadi bahwa orang yang melakukan suatu kebaikan akan dicatat untuknya sepuluh kali lipat dan orang yang berkeinginan melakukan suatu kebaikan lalu tidak mengerjakannya maka dihitung satu kebaikan. Barangsiapa berkeinginan melakukan keburukan dan mengerjakannya maka dicatat sebagai satu keburukan.
8. Rasûlullâh ﷺ Melihat Allâh dengan Hatinya, bukan dengan Matanya.
Di antara kemuliaan yang Allah berikan kepada Nabi-Nya dalam peristiwa Mi'raj bahwa Allah mengangkat dari hati Rasûlullâh hijab ma'nawi, sehingga ia melihat Allāh dengan hatinya. Yakni, Allâh menjadikan Rasûlullâh ﷺ memiliki kekuatan melihat dihatinya, bukan dengan matanya. Karena Allâh tidak bisa dilihat dengan mata yang fana di dunia, Rasûlullâh ﷺ bersabda:
واعلموا أنّكم لن تروا ربّكم حتّى تموتوا
Maknanya: "Ketahuilah bahwa kalian tidak akan melihat Tuhan kalian hingga kalian meninggal."
Di akhiratlah, Allâh akan dilihat dengan mata yang kekal.
Orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah dan para rasûl-Nya akan melihat Allâh tanpa menyerupai sesuatu-pun di antara makhluk-Nya, tanpa tempat, tanpa arah, tanpa berhadap-hadapan, tanpa berlaku jarak dan tanpa bersambungnya cahaya antara orang yang melihat dan Alläh سبحانه وتعالى.
Orang-orang mukmin melihat Allâh سبحانه وتعالى, tidak seperti terlihatnya makhluk. Al Imam al Bukhâri dan lainnya meriwayatkan bahwa Rasûlullâh ﷺ bersabda:
أما إنّكم ترون ربّكم يوم القيامة كما ترون القمر ليلة البدر لا تضامّون في رؤيته
Maknanya: "Ingatlah, sungguh kalian akan melihat Tuhan kalian di hari kiamat sebagaimana kalian melihat bulan di malam purnama, kalian tidak ragu ketika melihat-Nya".
Yakni orang-orang yang beriman tidak ragu bahwa yang dilihat adalah Allah, sebagaimana manusia tidak ragu tentang bulan yang dilihat di malam purnama. Hadits ini tidak berarti bahwa ada keserupaan antara Allâh سبحانه وتعالى dan bulan, tidak demikian. Allâh سبحانه وتعالى berfirman:
وجوه يومئذ ناضرة. إلى ربّها ناظرة ( سورة القيامة : ٢٢-٢٣)
Maknanya: "Wajah-wajah (orang-orang mukmin) Dada hari itu berseri-seri, kepada Tuhan-nyalah mereka melihat'. (Q.S. al Qiyâmah: 22-23)
Sedangkan orang-orang kafir, mereka tidak akan melihat Allâh, baik di dunia maupun di akhirat. Mereka semua kekal di neraka. Allāh سبحانه وتعالى berfirman:
كلّآ إنهم عن رّبّهم يومئذ لّمحجوبون (سورة المطففين ١٥)
Maknanya: "Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka (orang-orang kafir) pada hari itu benar-benar tertutup dari Tuhan mereka (tidak dapat melihat Allâh)." (Q.S.al Muthaffifin: 15)
Dalil bahwa Rasûlullâh ﷺ melihat Allâh dengan hatinya dua kali saat Mi'râj adalah hadits riwayat lmam Muslim dari lbnu 'Abbâs tentang firman Allah:
ماكذب الفؤاد مارأىٰٓ ( سورة النجوم : ١١)
Maknanya: "Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya." (Q.S. an-Najm: 11)
Dan:
ولقد رءاه نزلة أخرىٰ (سورة النجوم:١٣)
Dalam menafsiri ayat ini, Ibnu 'Abbâs berkata: Rasûlullâh ﷺ melihat Allâh dengan hatinya dua kali.
Dalam kesempatan ini, perlu disampaikan "tidak pernah terjadi bahwa Rasůlullâh ﷺ melihat Tuhannya dan mendengar Kalâm-Nya dalam satu waktu sekaligus." Yang terjadi adalah Rasûlullâh ﷺ melihat Allâh dalam satu kesempatan dan mendengar Kalâm-Nya di kesempatan yang lain.
Allâh سبحانه وتعالى berfirman:
وما كان لبشر أن يكلّمه الله إلا وحيا أو من وراىٔ حجاب أو يرسل رسولا (سورة الشورى ٥١)
Maknanya: "Dan tidak mungkin bagi seorang manusia pun mendengar Kalám Allah kecuali dengan perantaraan wahyu atau dengan hijab¹ atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat)." (Q.S. asy-Syûrâ: 51)
¹ (bukan maknanya bahwa Allâh ada di sebuah tempat, tertutupi dengan tabir dan berada di balik tabir tersebut. hijab ini kembali kepada hamba, bukan kepada Allâh)
9. Rasûlullâh ﷺ Melihat Jibril dalam Bentuk Aslinya
Rasülullâh ﷺ sebelumnya pernah melihat malaikat Jibril untuk kali pertama dalam bentuk aslinya di Makkah dan beliau pingsan saat melihatnya.
Pada malam Mi'râj yang penuh berkah ini, Rasûlullah ﷺ kembali melihat malaikat Jibril untuk yang kedua kalinya dalam bentuk aslinya, namun beliau tidak pingsan karena keteguhan hati dan kekuatan beliau sudah semakin bertambah kuat.
Imam Muslim meriwayatkan hadîts dari 'Aisyah رضي الله عنها tentang firman Allâh:
ثمّ دنا فتدلّى (٨) فكان قاب قوسين أو أدنى (٩) (سورة النحم : ٨-٩)
"Kemudian Jibril mendekat dan menghampiri Nabi Muhammad ﷺ, antara keduanya hanya terpisah dengan jarak dua hasta atau lebih dekat." (Q.S. an-Najm: 8-9)
'Aisyah berkata, "Itu adalah Jibrîl yang mendatangi Rasúlullâh ﷺ. Dan kali ini dia mendatangi Rasûl ﷺ dalam bentuknya yang asli, maka ufuk langit pun menjadi tertutup oleh Jibrîl."
Dua ayat ini bukan bermakna bahwa Allah mendekati Rasûl hingga jarak antara keduanya seukuran dua hasta atau lebih pendek. Orang yang meyakini ini telah tersesat dan keluar dari agama Islâm.
Adapun makna yang benar adalah bahwa malaikat Jibril (ingat: bukan Allâh) yang mendekati Rasûlullâh ﷺ begitu dekat hingga jarak antara keduanya dua hasta atau lebih dekat lagi. Dan ketika itu Rasûl ﷺ melihat bentuk asli Malaikat Jibrîl yang memiliki 600 sayap, masing-masing sayapnya besarnya memenuhi antara langit dan bumi.
Imam Muslim meriwayatkan dari asy-Sya'bi dari Masrûq, ia berkata:
"Aku pernah duduk bersandar ke tembok di rumah 'A'isyah, lalu tiba-tiba aku mendengar 'A'isyah berkata,
'Wahai Abû 'Aisyah, ada tiga hal yang jika orang membicarakannya, maka ia telah berdusta besar kepada Alláh.'
Saya bertanya, Apakah gerangan tiga hal itu?
'Aisyah menjawab, "Orang yang menyangka kalau Nabi Muhammad ﷺ melihat Allâh, maka ia telah berdusta besar pada AIlâh."
Masrûq melanjutkan perkataannya: "Tadinya aku bersandar, lalu aku terkejut dan merubah posisi dudukku menjadi tegak seraya bertanya, "wahai ummu al Mukminin, perlahan-lahanlah dan jangan tergesa-gesa dalam menyampaikan kepadaku. Bukankah Alláh berfirman:
ولقد رءاه بالأفق المبين (سورة التكوير : ٢٣)
Dan juga:
ولقد رءاه نزلة أخرى ( سورة النجم : ١٣)
'Aisyah menjawab: "Aku adalah orang pertama diantara ummat Muhammad ﷺ ini yang bertanya tentang hal itu kepada Rasúlulláh ﷺ. Beliau mengatakan, "Yang dimaksud dalam ayat itu tidak lain adalah Malaikat Jibrîl. Aku belum pernah melihatnya dalam bentuk aslinya selain dua kali ini. Aku melihatnya turun dari langit, besar bentuknya memenuhi antara langit dan bumi,"
'Aisyah melanjutkan, "Bukankah kamu sudah mendengar firman Allâh:
لَّا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ ۖ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (سورة الأنعام :١٠٣)
Maknanya: "Dia tidak dapat diketahui segala sesuatu tentang-Nya oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala sesuatu; dan Dialah yang Maha Mengetahui yang tersembunyi lagi Maha Mengetahui yang nampak." (Q.S. al An'âm: 103)
Dan bukankah kamu juga sudah mendengar firman Allâh:
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِن وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيْمٌ (سورة الشورى : ٥١)
Maknanya: "Dan tidak mungkin bagi seorang manusia pun mendengar Kalâm Allâh, kecuali dengan perantaraan wahyu atau dengan hijab atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Mahatinggi derajat-Nya lagi Mahabijaksana." (Q.S. asy-Syûrâ: 51)
Sayyidah 'Aisyah berkata: "Siapa yang menyangka bahwa Rasul menyembunyikan sesuatu yang ada dalam Al-Qur'an, maka ia telah berdusta besar kepada Allah, Allah berfirman :
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغۡ مَاۤ أُنزِلَ إِلَیۡكَ مِن رَّبِّكَۖ وَإِن لَّمۡ تَفۡعَلۡ فَمَا بَلَّغۡتَ رِسَالَتَهُۥۚ وَٱللَّهُ یَعۡصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا یَهۡدِی ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَـٰفِرِینَ
[Surat Al-Ma'idah 67]
"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan risalah-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir."
Sayyidah 'Aisyah juga berkata: "Siapa yang menyangka bahwa Rasul mengetahui perkara di masa mendatang (ramalan), maka ia telah berdusta besar kepada Allah. Allah berfirman:
ﻗُل لا ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﻣَﻦْ ﻓِﻰ ﺍﻟﺴَّﻤَﻮﺍﺕِ ﻭَﺍﻷَﺭْﺽِ ﺍﻟْﻐَﻴْﺐَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ( ﺍﻟﻨّﻤﻞ 65 )
"Katakan Wahai Muhammad tidak ada yang mengetahui baik mereka yang ada di langit maupun yang ada di bumi terhadap segala (semua) yang gaib kecuali Allah." (QS. an-Naml: 65)
Maksudnya adalah bahwa tidak ada yang mengetahui perkara yang ghaib secara keseluruhan kecuali Allah. Hanya Allah saja yang mengetahui segala sesuatu yang gaib.
Adapun sebagian Nabi Allah, ada yang mengetahui beberapa perkara ghaib adalah hanya pada sebagiannya saja, yaitu pada apa yang telah diberitakan oleh Allah kepada para Nabi melalui wahyu-wahyu-Nya.
Ini mengandung bantahan terhadap orang-orang yang mengatakan bahwa rosulullah mengetahui semua yang diketahui Allah, na'udzubillah. Sungguh mereka telah menyamakan Rosul dengan Allah. Padahal tidak ada makhluq satu pun yang menyamai-Nya, baik sifatNya, DzatNya maupun Af'alNya.
COMMENTS