Gus Muwafiq telah menghadiri dan mengisi Haul Karimunjawa tanggal 20 Juli 2019. Dan kemudian menelusuri jejak RA Kartini di Pendopo Kabupaten Jepara.
Ada seorang tokoh muslim dikalangan kita yang menganggap bahwa ada doktrin sesat dibalik lahirnya Islam Nusantara. Karena dengan Islam Nusantara, mereka mengajak umat untuk mengakui dan menerima berbagai budaya sekalipun budaya itu kufur.
Disini perlu dijelaskan bahwa prinsip kita kaum nahdliyin dalam mengembangkan tradisi dan kebudayaan, didasari sikap yang berimbang dan menjaga kesinambungan antara yang sudah ada dan mengambil hal baru. Budaya lama yang masih relevan, terus dipelihara dan dilestarikan, sementara budaya baru diterima, setelah dilakukan filterisasi dan penyesuaian. Ini sesuai dengan qaidah yang telah populer dikalangam kita:
المحافظة على القديم الصالح والاخذ بالجديد الاصلح.
"Melestarika kebaikan yang ada dan mengambil atau mengkreasi sesuatu yang baru yang lebih baik".
Bacalagi: Nenek Yang sedang Haji terjebak di Kamar Mandi
Terhadap budaya dan peradaban modern dari barat, kita memandang sebagai hasil inovasi dan kreativitas manusia atas dasar rasionalisme dalam menjawab tantangan yang kita hadapi dalam bentuk nilai-nilai, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Semua yang ada dalam peradaban dan kebudayaan modern berupa etos kerja, kedisiplinan, orientasi kedapan, motivasi penggunaan rasio dan kreativitas serta penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi, merupakan hal-hal yang membawa manfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kita memandang kebudayaan dan peradaban modern dapat dimanfaatkan sepanjang tidak mengakibatkan bahaya dan tidak betentangan dengan prinsip-prinsip dasar akidah dan syari'at Islam. Jadi, catatan bahwa budaya yang dimaksud itu bukan budaya yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, tidak boleh ditawar-tawar lagi.
Bagi kita, tradisi tidak dilawankan dengan perubahan, tetapi perubahan dilakukan secara pelan-pelan dan hati-hati agar tidak merusak tatanan sistem budaya yang sesuai dengan ajaran Islam.
Bacalagi: Semangat Cipta Kemandirian Ranting NU Desa Pekalongan
Tradisi masyarakat Islam nusantara yang pada awalnya berkait dengan pesantren, kemudian menjadi bagian dari NU yang membantu sebuah akulturasi budaya Islam dengan budaya lokal. Penerimaan Islam secara kultural disadari sebagai sebuah kekuatan bagi pekembangan Islam itu sendiri. Ketika agama dan budaya menyatu, maka agama akan menjadi bagian integral dari masyarakar. Budaya sebagai kreasi manusia, mempunyai sisi positif yang dapat dilestarikan untuk kebaikan manusia secara personal maupun sosial.
Dalam menyikapi tradisi, yang kita lihat itu bukan tradisi atau budayanya, tetapi nilai yang dikandungnya. Jika sebuah produk budaya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, dalam arti mengandung kebaikan dan kemaslahatan, maka bisa dipertahankan sebagai yang layak untuk diikuti.
Berbagai kesenian, kebanyakan lahir sebagai hasil persentuhan budaya Islam dan budaya lokal, seperti puji-pujian menjelang shalat, pada awalnya sangat kental dengan langgam jawa. Dibeberapa musholla di beberapa daerah dan juga sebagian pesantran, pujian dengan langgam tersebut kini pun masih dijumpai.
Bacalagi: Kantong Plastik Putih yang dibawa Mbah Yai Hamid Pasuruan
Hal itu melahirkan sebuah seni agama yang unik karena elemen-elemen Islam dan budaya, berpadu dan melahirkan sebuah estetika. Kesenian bernuansa religi dikalangan kita semakin berkembang secara kuantitas maupun kualitas, selaras dengan perkembangan zaman seperti seni hadrah, qasidah rebana dan lain lainnya.
Jadi, kita mewarisi pola dakwah yang telah dilakukan oleh pendahulu kita yaitu para wali songo yang telah berhasil mengislamkan penduduk pulau Jawa dan sekitarnya dengan cara damai.
Hal ini pun yang menjadi dasar Gus Muwafiq dalam setiap ceramahnya terus memegang prinsip-prinsip islam yang bisa berdampingan dengan budaya Indonesia. Gus Muwafiq telah menghadiri dan mengisi Haul Karimunjawa tanggal 20 Juli 2019. Dan kemudian menelusuri jejak RA Kartini di Pendopo Kabupaten Jepara.
Disini perlu dijelaskan bahwa prinsip kita kaum nahdliyin dalam mengembangkan tradisi dan kebudayaan, didasari sikap yang berimbang dan menjaga kesinambungan antara yang sudah ada dan mengambil hal baru. Budaya lama yang masih relevan, terus dipelihara dan dilestarikan, sementara budaya baru diterima, setelah dilakukan filterisasi dan penyesuaian. Ini sesuai dengan qaidah yang telah populer dikalangam kita:
المحافظة على القديم الصالح والاخذ بالجديد الاصلح.
"Melestarika kebaikan yang ada dan mengambil atau mengkreasi sesuatu yang baru yang lebih baik".
Bacalagi: Nenek Yang sedang Haji terjebak di Kamar Mandi
Terhadap budaya dan peradaban modern dari barat, kita memandang sebagai hasil inovasi dan kreativitas manusia atas dasar rasionalisme dalam menjawab tantangan yang kita hadapi dalam bentuk nilai-nilai, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Semua yang ada dalam peradaban dan kebudayaan modern berupa etos kerja, kedisiplinan, orientasi kedapan, motivasi penggunaan rasio dan kreativitas serta penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi, merupakan hal-hal yang membawa manfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kita memandang kebudayaan dan peradaban modern dapat dimanfaatkan sepanjang tidak mengakibatkan bahaya dan tidak betentangan dengan prinsip-prinsip dasar akidah dan syari'at Islam. Jadi, catatan bahwa budaya yang dimaksud itu bukan budaya yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, tidak boleh ditawar-tawar lagi.
Bagi kita, tradisi tidak dilawankan dengan perubahan, tetapi perubahan dilakukan secara pelan-pelan dan hati-hati agar tidak merusak tatanan sistem budaya yang sesuai dengan ajaran Islam.
Bacalagi: Semangat Cipta Kemandirian Ranting NU Desa Pekalongan
Tradisi masyarakat Islam nusantara yang pada awalnya berkait dengan pesantren, kemudian menjadi bagian dari NU yang membantu sebuah akulturasi budaya Islam dengan budaya lokal. Penerimaan Islam secara kultural disadari sebagai sebuah kekuatan bagi pekembangan Islam itu sendiri. Ketika agama dan budaya menyatu, maka agama akan menjadi bagian integral dari masyarakar. Budaya sebagai kreasi manusia, mempunyai sisi positif yang dapat dilestarikan untuk kebaikan manusia secara personal maupun sosial.
Dalam menyikapi tradisi, yang kita lihat itu bukan tradisi atau budayanya, tetapi nilai yang dikandungnya. Jika sebuah produk budaya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, dalam arti mengandung kebaikan dan kemaslahatan, maka bisa dipertahankan sebagai yang layak untuk diikuti.
Berbagai kesenian, kebanyakan lahir sebagai hasil persentuhan budaya Islam dan budaya lokal, seperti puji-pujian menjelang shalat, pada awalnya sangat kental dengan langgam jawa. Dibeberapa musholla di beberapa daerah dan juga sebagian pesantran, pujian dengan langgam tersebut kini pun masih dijumpai.
Bacalagi: Kantong Plastik Putih yang dibawa Mbah Yai Hamid Pasuruan
Hal itu melahirkan sebuah seni agama yang unik karena elemen-elemen Islam dan budaya, berpadu dan melahirkan sebuah estetika. Kesenian bernuansa religi dikalangan kita semakin berkembang secara kuantitas maupun kualitas, selaras dengan perkembangan zaman seperti seni hadrah, qasidah rebana dan lain lainnya.
Jadi, kita mewarisi pola dakwah yang telah dilakukan oleh pendahulu kita yaitu para wali songo yang telah berhasil mengislamkan penduduk pulau Jawa dan sekitarnya dengan cara damai.
Hal ini pun yang menjadi dasar Gus Muwafiq dalam setiap ceramahnya terus memegang prinsip-prinsip islam yang bisa berdampingan dengan budaya Indonesia. Gus Muwafiq telah menghadiri dan mengisi Haul Karimunjawa tanggal 20 Juli 2019. Dan kemudian menelusuri jejak RA Kartini di Pendopo Kabupaten Jepara.
COMMENTS