Sejarah MWC NU Jepara Kota Periode 1975 - 1980 Majelis Wakil Cabang NU Kecamatan Jepara yang pada masa itu mewadahi daerah Jepara dan Tahunan,
Sejarah MWC NU Jepara Kota di Masa KH. Moh. Faqih – K. FAQIH – K. H. AHMAD MUBIN – K.H. AHMAD ISYHAR – KH. ZAENAL ARIFIN (1975-1980)
Majelis Wakil Cabang NU Kecamatan Jepara yang pada masa itu mewadahi daerah Jepara dan Tahunan, berupaya meng-eksisten-kan diri di tengah-tengah masyarakat. Maka pada tahun 1975, berdasarkan hasil musyawarah-mufakat antara para kiai dan pengurus NU, terbentuklah kepengurusan MWC NU Kecamatan dengan Rois Syuriyah-nya K.H. Moh. Faqih, dibantu oleh Wakilnya yaitu K.H. Ali Syarif Saripan dan K. Faqih (Petinggi Desa Kecapi Karanganyar-saat itu). Sedangkan Ketua Tanfidziyah-nya dijabat oleh H. Ahmad Mubin (Saripan) dengan dibantu wakil-wakilnya yaitu Bapak H. Ahmad Isyhar (Panggang) - H. Zaenal Arifin (Ujungbatu). Untuk kelengkapan kepengurusan, maka ditunjuklah Bapak Ali Rosyid (Saripan) sebagai Sekretaris. Saat itu MWC NU Jepara membawahi 32 desa/kelurahan karena masih bergabungnya 2 kecamatan yaitu kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan.
Kegiatan unggulan yang dilakukan oleh MWC NU Jepara adalah Lailatul Ijtima’ atau dikenal dengan istilah “Solidaritas Arwah”, yang dilakukan secara bergiliran dari satu Ranting/Desa ke Ranting/Desa yang lain. Dimana pada saat pelaksanaan Lailatul Ijtima’ tersebut, masing-masing Ranting NU melaporkan warganya yang meninggal dunia kepada Pengurus MWC NU. Kemudian Pengurus MWC NU merekap dan menyebarkan “Daftar Arwah” itu ke Ranting-Ranting untuk mendapatkan bantuan berupa tahlil dan do’a. Kegiatan Lailatul Ijtima’ yang dilakukan secara idaroh (giliran) dari Ranting satu ke Ranting yang lain ini, berjalan dengan baik – tertib – teratur dan dibanjiri oleh warga NU.
Magnet kegiatan Lailatul Ijtima’ saat itu adalah pembacaan arwah, yang kemudian mendapatkan hadiah tahlil dan do’a, juga karena dihadiri oleh Pengurus MWC NU yang notebene para Kiai Kharismatik seperti diantaranya Bapak K.H. Ahmad Mubin, Bapak K. Abdul Latief, Bapak K. Ali Ikhsan, Bapak Abdul Hamid (pegawai KUA Jepara- asli asal Pendem Bangsri), Bapak Umar Hasyim (pegawai KUA Jepara- asli asal desa Cepogo).
Biografi KH. AHMAD MUBIN
K.H. Ahmad Mubin adalah putra Bapak Abdullah Saripan, yang merupakan kader NU mulai dari IPNU sampai NU. Ketokohan Beliau sudah tidak diragukan lagi baik dalam masalah pendidikan maupun birokrasi. Sebagai “Abdi Negara” yang bertugas dalam pendidikan, Beliau pernah menjabat sebagai Kepala SDN Kedungcino (1966-1974) dan Kepala SDN Jobokuto (1974-1990). Keberadaan beliau dalam berorganisasi ternyata mendapat perhatian dari para sesepuh NU waktu itu, sehingga ketika ada kesempatan masuk dalam “Anggota Dewan” yang terhormat, maka beliau mendapat kesempatan untuk itu.
Kiprah yang sangat menonjol bagi sosok K.H. Ahmad Mubin adalah dalam hal pendidikan dan kemasyarakatan. Beliau adalah guru bagi masyarakat Jepara.
Saat itu ada yang disebut dengan “TRIO AKTIVIS NU” yang bergerak di bidang pendidikan yaitu H.M. Dahlan Kosim, SH., dan H. Ali Irfan Mukhtar, BA dan H. Ahmad Mubin. Aktifitasnya dimulai dari KAPPI (Ketua Aksi Pemuda Pelajar Indonesia) Jepara, YAPI (Yayasan Pendidikan Islam) yang melahirkan TK Unggulan Terpadu Jepara, SD Al Islam Pengkol, SMP Al Ma’arif Jepara, SMA/SMK Islam Jepara, dan YAPTINU (INISNU-STIENU-STTDNU) yang akhirnya dilebur menjadi UNISNU (Universitas Islam Nahdlatul Ulama) Jepara.
Saat berdirinya KAPPI di Jepara, yang didaulat sebagai Ketua Dewan Pembina adalah Bapak H.M. Dahlan Kosim, SH.(Pengkol), sedangkan Ketuanya adalah Bapak H. Ali Irfan Mukhtar, BA (Krapyak). Seiring perjalan waktu dan perubahan zaman, dirasa ada sesuatu yang kurang dalam hal pendidikan di Jepara khususnya untuk para pelajar dari keluarga NU yang memadai. Maka dengan semangat yang tinggi, YAPI memfasilitasi berdirinya SD Al Islam Pengkol, dilanjutkan SMP Al Ma’arif Jepara, kemudian SMA/SMK Islam Jepara dan TK Unggulan Terpadu Jepara dan sekarang muncul SD UT Jepara.
Dalam upaya mempersiapkan generasi muda yang intelektual, milenial dan berwawasan Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama, maka dibentuklah YAPTINU (Yayasan Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama) yang pada walnya diketuai oleh Bapak H.M. Dahlan Kosim, SH, dengan Wakil Ketua Bapak K.H. Mahfudz Asymawi dan Sekretaris Bapak H. Ali Irfan Mukhtar, BA.
Pada awalnya YAPTINU Jepara hanya mempunyai 3 lembaga pendidikan tinggi yaitu INISNU (institut Islam Nahdlatul Ulama), STIENU (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama) dan STTDNU (Sekolah Tinggi Tehnik dan Desain Nahdlatul Ulama). Dengan Dewan penyantun : HM. Dahlan Kosim, SH, H. Hendro Martoyo, MM., K.H. Musthofa Bisri, H. Maftuh Basuni. Dewan Pembina YAPTINU : HM. Dahlan Kosim, SH (Ketua).
Biografi KH. ZAENAL ARIFIN
KH. Zaenal Arifin merupakan salah satu tokoh pelaku sejarah yang masih hidup, yaitu perjuangan NU di wilayah Jepara, khususnya Ujungbatu. Perjuangan dan pengorbanan warga NU, baik jiwa-raga dan hartanya, dalam kancah perjuangan melawan kolonial dan perjuangan membentuk mental Islami, adalah benar-benar suatu realitas kehidupan. Perjuangan NU dalam bidang keagamaan yang dilakukan pada masa itu adalah “pengajian umum”, yaitu upaya pengerahan massa NU melalui pengajian dalam rangka Peringatan Hari Besar Islam.
Pengajian umum ini dilaksanakan di Taman Sari (sekarang gedung DPRD Jepara) sebagai pusat kota/pusat kegiatan, dengan menghadirkan tokoh-tokoh kharismatik NU dari luar daerah Jepara, seperti Habib Ahmad bin Abdul Qodir bil Faqih “Darul Hadits” Malang, Mbah K.H. Bisri Musthofa Leteh Rembang, Mbah K.H. Yasin Yusuf Blitar, Mbah K.H. Amin Dimyathi “Jimin” Gubug Purwodadi, K.H. Zaenal Arifin Pekalongan-Tegal, K.H. A. Fuad Hasyim Buntet Cirebon, K.H. Mukhtar Chudlori Kendal, K.H. Muchlisin Semarang, K.H. Buchori Masruri Semarang dan K.H. Cholil Bisri Rembang.
K.H. Zaenal Arifin sekarang memiliki sebuah Majlis Thoriqoh yang memiliki kata-kata mutiara yang sangat berharga, yang berasal dari guru-guru seperti Mbah Shobib Menganti Jepara, Mbah Cholil Syarqowi Lengkong Pati, Mbah Baedhowi Kajen wetan, Mbah Sahlan Krian Surabaya, Mbah Abdul Hamid Pasuruan, Mbah Syaifur Rosul bin M. Sholeh Surabaya, Mbah Mas’ud Kedungcangkring Pagerwojo, Mbah Bunawi (Mbah Semar) Banyuwangi, Mbah Bunawi Ngadirejo Magelang, Mbah Abdul Hayyi Blimbing Malang, Mbah Kiai Muchtar Krian Surabaya, Mbah Hafidz Surabaya dan Mbah K.H. Thoha Ghozali Surabaya.
Kata-kata mutiara tersebut antara lain :
1. Kasembadaning kawulo iku sangking kersaning Gusti Allooh.
2. Dadiyo santri sing bekti lan nuhoni, ojo wani-wani nyempalani. (Mbah Ud dan Mbah Syaifur Rosul)
4. Dadiyo ulama sing tepak, ojo nerak-nerak ngelanggar sarak.
5. Dadiyo wong sugih sing sholeh, ojo pijer ngurusi teleh. (Mbah Mukhtar, Mbah Sahlan, Mbah Hafidz)
6. Dadi wonk penting iku aphik, tapi luwih penting dadi wong aphik.( Mbah Hamid)
7. Belajar mati supoyo urip, kanggo tinggal dunyo. ( Mbah Hayyi )
8. Dadiyo pejabat sing manfaati, ojo temporat mundhak sekarat. (Mbah Bun, Mbah Thoha Ghozali)
9. Dadiyo wong mlarat sing keramat, ora susah mlumpat-mlumpat.
10. Sabar ngalah – nerimo ikhlas – kerono Alloh.
Majelis Wakil Cabang NU Kecamatan Jepara yang pada masa itu mewadahi daerah Jepara dan Tahunan, berupaya meng-eksisten-kan diri di tengah-tengah masyarakat. Maka pada tahun 1975, berdasarkan hasil musyawarah-mufakat antara para kiai dan pengurus NU, terbentuklah kepengurusan MWC NU Kecamatan dengan Rois Syuriyah-nya K.H. Moh. Faqih, dibantu oleh Wakilnya yaitu K.H. Ali Syarif Saripan dan K. Faqih (Petinggi Desa Kecapi Karanganyar-saat itu). Sedangkan Ketua Tanfidziyah-nya dijabat oleh H. Ahmad Mubin (Saripan) dengan dibantu wakil-wakilnya yaitu Bapak H. Ahmad Isyhar (Panggang) - H. Zaenal Arifin (Ujungbatu). Untuk kelengkapan kepengurusan, maka ditunjuklah Bapak Ali Rosyid (Saripan) sebagai Sekretaris. Saat itu MWC NU Jepara membawahi 32 desa/kelurahan karena masih bergabungnya 2 kecamatan yaitu kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan.
Kegiatan unggulan yang dilakukan oleh MWC NU Jepara adalah Lailatul Ijtima’ atau dikenal dengan istilah “Solidaritas Arwah”, yang dilakukan secara bergiliran dari satu Ranting/Desa ke Ranting/Desa yang lain. Dimana pada saat pelaksanaan Lailatul Ijtima’ tersebut, masing-masing Ranting NU melaporkan warganya yang meninggal dunia kepada Pengurus MWC NU. Kemudian Pengurus MWC NU merekap dan menyebarkan “Daftar Arwah” itu ke Ranting-Ranting untuk mendapatkan bantuan berupa tahlil dan do’a. Kegiatan Lailatul Ijtima’ yang dilakukan secara idaroh (giliran) dari Ranting satu ke Ranting yang lain ini, berjalan dengan baik – tertib – teratur dan dibanjiri oleh warga NU.
Magnet kegiatan Lailatul Ijtima’ saat itu adalah pembacaan arwah, yang kemudian mendapatkan hadiah tahlil dan do’a, juga karena dihadiri oleh Pengurus MWC NU yang notebene para Kiai Kharismatik seperti diantaranya Bapak K.H. Ahmad Mubin, Bapak K. Abdul Latief, Bapak K. Ali Ikhsan, Bapak Abdul Hamid (pegawai KUA Jepara- asli asal Pendem Bangsri), Bapak Umar Hasyim (pegawai KUA Jepara- asli asal desa Cepogo).
Biografi KH. AHMAD MUBIN
Saat itu ada yang disebut dengan “TRIO AKTIVIS NU” yang bergerak di bidang pendidikan yaitu H.M. Dahlan Kosim, SH., dan H. Ali Irfan Mukhtar, BA dan H. Ahmad Mubin. Aktifitasnya dimulai dari KAPPI (Ketua Aksi Pemuda Pelajar Indonesia) Jepara, YAPI (Yayasan Pendidikan Islam) yang melahirkan TK Unggulan Terpadu Jepara, SD Al Islam Pengkol, SMP Al Ma’arif Jepara, SMA/SMK Islam Jepara, dan YAPTINU (INISNU-STIENU-STTDNU) yang akhirnya dilebur menjadi UNISNU (Universitas Islam Nahdlatul Ulama) Jepara.
Saat berdirinya KAPPI di Jepara, yang didaulat sebagai Ketua Dewan Pembina adalah Bapak H.M. Dahlan Kosim, SH.(Pengkol), sedangkan Ketuanya adalah Bapak H. Ali Irfan Mukhtar, BA (Krapyak). Seiring perjalan waktu dan perubahan zaman, dirasa ada sesuatu yang kurang dalam hal pendidikan di Jepara khususnya untuk para pelajar dari keluarga NU yang memadai. Maka dengan semangat yang tinggi, YAPI memfasilitasi berdirinya SD Al Islam Pengkol, dilanjutkan SMP Al Ma’arif Jepara, kemudian SMA/SMK Islam Jepara dan TK Unggulan Terpadu Jepara dan sekarang muncul SD UT Jepara.
Dalam upaya mempersiapkan generasi muda yang intelektual, milenial dan berwawasan Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama, maka dibentuklah YAPTINU (Yayasan Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama) yang pada walnya diketuai oleh Bapak H.M. Dahlan Kosim, SH, dengan Wakil Ketua Bapak K.H. Mahfudz Asymawi dan Sekretaris Bapak H. Ali Irfan Mukhtar, BA.
Pada awalnya YAPTINU Jepara hanya mempunyai 3 lembaga pendidikan tinggi yaitu INISNU (institut Islam Nahdlatul Ulama), STIENU (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama) dan STTDNU (Sekolah Tinggi Tehnik dan Desain Nahdlatul Ulama). Dengan Dewan penyantun : HM. Dahlan Kosim, SH, H. Hendro Martoyo, MM., K.H. Musthofa Bisri, H. Maftuh Basuni. Dewan Pembina YAPTINU : HM. Dahlan Kosim, SH (Ketua).
Biografi KH. ZAENAL ARIFIN
KH. Zaenal Arifin merupakan salah satu tokoh pelaku sejarah yang masih hidup, yaitu perjuangan NU di wilayah Jepara, khususnya Ujungbatu. Perjuangan dan pengorbanan warga NU, baik jiwa-raga dan hartanya, dalam kancah perjuangan melawan kolonial dan perjuangan membentuk mental Islami, adalah benar-benar suatu realitas kehidupan. Perjuangan NU dalam bidang keagamaan yang dilakukan pada masa itu adalah “pengajian umum”, yaitu upaya pengerahan massa NU melalui pengajian dalam rangka Peringatan Hari Besar Islam.
Pengajian umum ini dilaksanakan di Taman Sari (sekarang gedung DPRD Jepara) sebagai pusat kota/pusat kegiatan, dengan menghadirkan tokoh-tokoh kharismatik NU dari luar daerah Jepara, seperti Habib Ahmad bin Abdul Qodir bil Faqih “Darul Hadits” Malang, Mbah K.H. Bisri Musthofa Leteh Rembang, Mbah K.H. Yasin Yusuf Blitar, Mbah K.H. Amin Dimyathi “Jimin” Gubug Purwodadi, K.H. Zaenal Arifin Pekalongan-Tegal, K.H. A. Fuad Hasyim Buntet Cirebon, K.H. Mukhtar Chudlori Kendal, K.H. Muchlisin Semarang, K.H. Buchori Masruri Semarang dan K.H. Cholil Bisri Rembang.
K.H. Zaenal Arifin sekarang memiliki sebuah Majlis Thoriqoh yang memiliki kata-kata mutiara yang sangat berharga, yang berasal dari guru-guru seperti Mbah Shobib Menganti Jepara, Mbah Cholil Syarqowi Lengkong Pati, Mbah Baedhowi Kajen wetan, Mbah Sahlan Krian Surabaya, Mbah Abdul Hamid Pasuruan, Mbah Syaifur Rosul bin M. Sholeh Surabaya, Mbah Mas’ud Kedungcangkring Pagerwojo, Mbah Bunawi (Mbah Semar) Banyuwangi, Mbah Bunawi Ngadirejo Magelang, Mbah Abdul Hayyi Blimbing Malang, Mbah Kiai Muchtar Krian Surabaya, Mbah Hafidz Surabaya dan Mbah K.H. Thoha Ghozali Surabaya.
Kata-kata mutiara tersebut antara lain :
1. Kasembadaning kawulo iku sangking kersaning Gusti Allooh.
2. Dadiyo santri sing bekti lan nuhoni, ojo wani-wani nyempalani. (Mbah Ud dan Mbah Syaifur Rosul)
4. Dadiyo ulama sing tepak, ojo nerak-nerak ngelanggar sarak.
5. Dadiyo wong sugih sing sholeh, ojo pijer ngurusi teleh. (Mbah Mukhtar, Mbah Sahlan, Mbah Hafidz)
6. Dadi wonk penting iku aphik, tapi luwih penting dadi wong aphik.( Mbah Hamid)
7. Belajar mati supoyo urip, kanggo tinggal dunyo. ( Mbah Hayyi )
8. Dadiyo pejabat sing manfaati, ojo temporat mundhak sekarat. (Mbah Bun, Mbah Thoha Ghozali)
9. Dadiyo wong mlarat sing keramat, ora susah mlumpat-mlumpat.
10. Sabar ngalah – nerimo ikhlas – kerono Alloh.
COMMENTS